Translate

Selasa, 05 Juni 2012

PRODUK PERENCANAAN PENILAIAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk mengetahui keberhasilan ataupun efektifitas suatu usaha perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan melalui kegiatan pengungkapan dan hasil pengungkapan itu dipakai untuk memperkirakan sejauh mana usaha tersebut mencapai tujuan yang diharapkan ataupun menimbulkan dampak tertentu terhadap objek yang menjadi focus usaha yang dimaksudkan itu.
Layanan bimbingan dan konseling, khususnya disekolah yang terlaksana melalui 9 jenis layanan perlu dinilai hasil – hasilnya. Dengan penilaian ini akan dapat diketahui apakah layanan bimbingan dan konseling tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa – siswa yang memperoleh layanan.
Penilaian terhadap hasil – hasil layanan bimbingan dan konseling selain berguna untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan dan konseling, juga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangan program – program disekolah. Lebih jauh, dengan diketahuinya keberhasilan layanan bimbingan dan konseling itu, maka akuntabilitas bimbingan dan konseling di sekolah akan semakin ditegakkan.

     B.     LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam pola 17 plus bimbingan dan konseling terdapat 9 Layanan Bimbingan dan konseling antara lain, layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi.
Layanan yang diambil sebagai produk perencanaan penilaian layanan ini adalah layanan dengan format kelompok yaitu layanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997:37) konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. konseling kelompok merupakan suatu layanan yang membantu peserta didk dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. (Sunawan, 2009:13). Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:49) layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang membantu individu untuk membahas dan mengentaskan permasalahan pribadinya melalui dinamika kelompok, di mana masalah yang dibahas adalah masalah pribadi dari masing-masing anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum konseling kelompok ini untuk pengembangan kemampuan sosialisasi, terutama kemampuan komunikasi. Sedangkan secara khusus, konseling kelompok unutk pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (komunikasi verbal maupun non verbal), seperti: Berani mengemukakan pendapat, dapat bertenggang rasa dan menghormati orang lain, dan dapat mengembangkan bakat dan minat. Serta yang paling penting yaitu pengentasan masalah pribadi klien (anggota kelompok).
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

      C.    MODEL EVALUASI (PENILAIAN)
Model evaluasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi layanan ini adalah model Decision Oriented Evaluation. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
1.    Evaluasi konteks (context evaluation)
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal).
2.    Evaluasi input (input evaluation)
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program.
3.    Evaluasi proses (process evaluation)
Evaluasi proses (process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut
4.    Evaluasi Produk (product evaluation)
Evaluasi Produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir dari model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkan akan dihentikan.

  D. MATRIKS DARI PRODUK PERENCANAAN PENILAIAN LAYANAN BK PER-KOMPONEN
a.      Evaluasi input
No
Unsur – unsur yang dinilai
Kriteria harus terlaksana
1
Pembentukan kelompok
2
Penyusunan jadwal kegiatan
3
Penetapan fasilitas layanan
4
Penyiapan kelengkapan administrasi dalam pelaksanann konseling kelompok

b.      Evaluasi proses
No
Unsur – unsur yang dinilai
Kriteria harus terlaksana
1
Keterlaksanaan Pengkomunikasian rencana layanan Kkp
2
Pengkoordiniran kegiatan layanan Kkp
3
Penyelenggaraan layanan konseling kelompok melalui tahap pelaksanaan (pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran)
4
Minat dan respon serta keaktifan anggota kelompok selama pelaksanaan layanan konseling kelompok berlangsung

c.       Evaluasi produk
No
Unsur – unsur yang dinilai
Kriteria harus terlaksana
1
Pengukuran dan pengintepretasikan capaian
2
Penyediaan informasi lanjutan

       E.     TABEL PRODUK PERENCANAAN PENILAIAN LAYANAN BK KESELURUHAN
Layanan
Model Evaluasi CIPP
Sasaran/unsur Penilaian
Konseling Kelompok
Conteks
Tujuan
Input
Pembentukan kelompok
Penyusunan jadwal kegiatan
Penetapan fasilitas layanan
Penyiapan kelengkapan administrasi dalam pelaksanann konseling kelompok
Proses
Keterlaksanaan Pengkomunikasian rencana layanan Kkp
Pengkoordiniran kegiatan layanan Kkp
Penyelenggaraan layanan konseling kelompok melalui tahap pelaksanaan (pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran)
Minat dan respon serta keaktifan anggota kelompok selama pelaksanaan layanan konseling kelompok berlangsung
Produk
Pengukuran dan pengintepretasikan capaian
Penyediaan informasi lanjutan

Daftar Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Djunaidi Lababa. 2008. Evaluasi Program : Sebuah Pengantar. Tersedia dalam http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html Diunduh 10 Maret 2011.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan&Konseling Kelompok : Dasar & Profil. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rika Dwi Kurniasih.  2009. Evaluasi. Tersedia dalam http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:P8JGemQ1QVQJ:images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SUdfiwoKCF8AADuyo-81/Rika%2520Eva.doc?nmid%3D148657139+pengertian+evaluasi&hl=id&gl=id Diunduh 10 maret 2011.
Sunawan. 2009. Handout Bimbingan Konseling Belajar. Semarang : FIP Universitas Negeri Semarang.

Senin, 04 Juni 2012

Id, Ego, dan Super Ego

Selamat malam sodara-sodara yang berbahagia. kali ini aku mau bahas sedikit-banyak tentang Id, Ego, dan Super Ego. langsung aja nih, cekidot........

Menurut Freud.
Id adalah insting dasar manusia utk memenuhi segala keinginan dan hasrat dan napsu, bisa sex, makan, keinginan2 laennya...

Super Ego adalah insting norma yg melarang segala keinginan2 tsb utk tersalurkan... jadi misal Id kita ingin memiliki barang bagus itu, kalo menurut Id ambil dan rampas saja barangnya yg penting kita bisa punya tuh barang, nah Super Ego adalah yg menegur kita gak usah memiliki deh kalo hrs sampai melakukan perampasan.. nah disinilah berperan apa yg disebut penyeimbang itu yg biasa disebut Ego

Ego, adalah adalah penyeimbang dari Id dan Super Ego... kalo dr contoh diatas, Ego akan menyatakan jalan keluarnya bahwa boleh2 saja kita memiliki barang bagus tsb... tapi kita bisa dgn mebeli atau meminta dgn sopan dr yg empunya tuh barang...

yach spt itu deh salah satu dr kesekian kecil contoh...

Id, laper, makan ah yg banyak...
Super Ego.. makan banyak artinya loe gak diet2... padahal loe janji mau diet... udah gak usah makan aja sekalian biar bisa balik kurus..
Ego, makan saja secukupnya jgn terlalu kenyang, tapi juga jgn sampai gak makan kalo lapar.. nah gitu deh kira2nya...

TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

A.  Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
1.        Anak Usia Sekolah dasar
Akhir masa kanak-kanak merupakan usia anak sekolah dasar yaitu berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu mejadi matang secara seksual. Masa anak usia Sekolah dasar atau akhir masa kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi serta penyesuaian sosial anak-anak.
2.        Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah dasar
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
a.    Aspek dari pertumbuhan fisik
         Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi ( babyfat ) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olah raga). Karena faktor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.  
Menurut Hurlock ( 1980 : 149 ) perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar sebagai berikut:
1)      Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 5-8 cm. Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi badan 147 cm dan anak laki-laki 146 cm.
2)      Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar antara 1-2,26 kg pertahun. Rata-rata ank perempuan usia 11 tahun memeliki berat badan 40,14 kg dan anak laki-laki 38, 78 kg
3)      Perbandingan Tubuh
Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, beberapa perbandingan bagian wajah yang kurang menari menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan rata, bibir semain berisi, hidung menjadi lebih besar dan membentuk. Badan memanjang menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang,dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memnjnag, dan tangan dan kai denagn lambat tumbuh membesar.
4)      Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat memcolok pada akhir masa kanak-kanak menyebabkan meningkatkan kesederhanaan pada masa ini. Disampinhg itu kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-temantanpa mempedulikan pantas tidaknya, jugamenambah kesederhanaan.
5)      Perbandingan Otot-Lemak
Selama usia SD, jaringan lemak berkmbang lebih cepat dari pada jaringan otot yang berlembangnya mulai lmelejit pada awal pubertas. 
6)      Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang umumnya soirang anak sudah mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir disebut dengan gigi kebijaksanaan.
Tingkat pertumbuhan fisik anak pada usia sekolah dasar ini dapat berbeda – beda, hal ini disebabkan karena perbedaan ras, bangsa, dan tingkat sosial ekonominya. Selain dari perbedaan keturunan, pertumbuhan fisik anak juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka, seperti contohnya anak – anak yang tumbuh paling tinggi biasanya dalam hidupnya tidak mengalami kekurangan gizi dan tidak terkena penyakit yang menggangu pertumbuhan fisiknya.
Agar pertumbuhan fisik anak pada usia sekolah dasar dapat berjalan dengan baik maka diperlukan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang anak. Pada usia sekolah dasar ini biasanya anak mempunyai nafsu makan yang bagus. Mereka banyak makan karena kegiatannya menuntut energy yang banyak. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lamban.
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian bertalian dengan kesehatan dan kebugaran kanak – kanak (usia sekolah dasar), yaitu :
a)      Obesity
Kegemukan yang terjadi pada usia 6 – 11 tahun merupakan isu utama yang terjadi pada usia sekolah dasar. Penyebab kegemukan tersebut disebabkan karena kelebihan berat badan sebagai akibat dari kurangnya berolahraga dan terlalu banyak makan. Tetapi masalah ini dapat diantisipasi oleh orang tua dengan cara diubah cara makannya, latihan olahraga secara teratur.
b)      Kondisi medis pada masa kanak – kanak
Pada umumnya semua anak sering mendapat sakit, namun penyakit tersebut berlangsung singkat. Dalam masa sekolah selama 6 tahun dapat disimpulkan pada umumnya anak – anak mendapat sakit yang akut dalam waktu singkat dengan berbagai kondisi medis, biasanya kena virus atau flu, dan migrant (sakit kepala).
c)      Penglihatan
Pada anak usia sekolah, penglihatan lebih tajam daripada waktu – waktu sebelumnya. Anak – anak yang berusia di bawah 6 tahun cenderung memiliki penglihatan jarak jauh, sebab mata mereka belum matang (matured) dan dibentuk secara berbeda daripada orang dewasa. Namun setelah usia tersebut, maka mereka bukan hanya lebih matang, tetapi juga dapat menfokuskan penglihatan lebih baik.
d)     Kesehatan gigi
Pada usia 6 tahun anak mengalami tanggal giginya yang pertama kali, yang selanjutnya diganti dengan gigi yang tetap setiap tahun sebanyak empat gigi untuk tahun kelima berikutnya.
e)      Kebugaran anak
Latihan fisik sangat dibutuhkan bagi anak – anak untuk kebugaran tubuhnya. Latihan fisik ini dapat menjaga kesehatan jantung dan paru – paru anak serta dapat menjaga bentuk jasmaninya.

b.    Perkembangan motorik 
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dan lain sebagainya. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini antara lain : 
1)        Anak usia 5 tahun
a)      Mampu melompat dan menari
b)      Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan termasuk kaki
c)      Dapat mnghitung jari-jarinya
d)     Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita
e)      Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
f)       Menprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
g)      Mampu membedakan besar dan kecil
2)        Anak usia 6 tahun
a)      koordinasi mata dan tangan
b)      ketangkasan meningkat
c)      melompat tali
d)     bermain sepeda
e)      mengetahui kanan dan kiri
f)       mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
g)      mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
3)        Anak usia 7 tahun
a)      tangan anak semakin kuat
b)      mulai membaca dengan lancar
c)      cemas terhadap kegagalan
d)     peningkatan minat pada bidang spiritual
e)      kadang malu dan sedih
4)        Anak usia 8-9 tahun
a)      kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat
b)      mampu menggunakan peralatan rumah tangga
c)      keterampilan lebih individual
d)     ingin terlibat dalam sesuatu
e)      menyukai kelompok dan mode
f)       mencari teman secara aktif
5)        Anak usia 10-12 tahun 
a)      perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai nampak 
b)      mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain
c)      adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain
d)     mulai tertarik dengan lawan jenis

3.        Perkembangan Psikis Anak Usia Sekolah Dasar
a.       Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah 
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemampuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar. 
Menurut teori piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought) artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:
1)   Negasi (negation) yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
2)   Hubungan timbal balik (Resiprok) yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3)   Identitas yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
1)   Perkembangan memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: 
a)    Rehearsal (pengulangan) yaitu Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
b)   Organization (organisasi) yaitu Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas. 
c)    Imagery (perbandingan) yaitu membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
d)   Retrieval (pemunculan kembali) yaitu Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperolehanak sebelumnya.
b.    Perkembangan pemikiran kritis
Perkembangan pemikran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikian agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluatif. 
c.    Perkembangan kreativitas
Dalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d.   Perkembangan bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berpikirtentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturantata bahasa secara tepat.
e.    Perkembangan  Emosi
1)   Gangguan emosional pada kanak – kanak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak – kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak – kanak untuk melakukan kegiatan. Sebagai contohnya pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah, takut berhadapan dengan seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisinya, karena temperamen orang dewasa di rumahnya misal sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa.
2)   Beberapa tipe masalah emosional
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya, berkelahi, berbohong, mencuri, dan merusak. Bentuk – bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalipun demikian pada umumnya anak – anak berusaha merubahnya dan menutupi perilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Missal menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat cerita yang muluk – muluk agar orang lain percaya kepadanya, dapat pila mereka lakukan berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya.
f.     Perkembangan Sosial
Terdapat kaitan yang erat antara keterampilan bergaul dengan masa bahagia pada waktu kanak – kanak. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu dewasa. Segala sesuatu yang diperoleh anak semasa kecil mereka akan memetik hasilnya pada waktu dewasa kelak. Sekalipun demikian semuanya itu tidak datang begitu saja, namun juga perlu pelajaran dan pengalaman sehingga anak dapat belajar dari orang – orang yang terdekat dengannya, seperti orang tua, saudara, dan tetangga. Oleh karena itu kepada orang tua sangat diajurkan selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan kepada anak bagaimana bergaul di masyarakat dengan tepat, orang tua disamping memberikan bimbingan dan pelajaran juga dituntut untuk menjadi model maupun teladan yang selalu ditiru dan dibanggakan oleh anaknya.
Bertalian dengan perkembangan sosial anak, peranan orang tua sangat penting, terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak. Oleh karena itu selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat member penguatan melalui  pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku positif. Sebaliknya orang tua juga berkewajiban memberi hukuman kepada anak apabila anak bertingkah laku negatif atau melakukan berbagai kesalahan. Dengan adanya tindakan yang konkret dan pasti dari orang tua tersebut anak akan dapat berkembang dengan baik, yang pada gilirannya akan menjadi makluk sosial yang bertanggung jawab dan sehat serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara
g.    Perkembangan moral dan sikap
Pada awal masa kanak – kanak, biasanya anak – anak akan mengidentifikasi dirinya dengan ibu atau ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan pada masa – masa selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak – anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh – tokoh, pahlawan – pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang – orang yang berprestasi dalam bidang olah raga dan sebagainya.
Sejalan dengan tambahan usia anak, biasanya anak mulai memberontak pada disiplin yang diterapkan di rumah atau di sekolah.
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak :
1)   Imitasi (Imitation)
Imitasi merupakan peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sikap sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku ibu, kakak perempuan dan orang lain di rumah, demikian pula anak laki – laki suka meniru perilaku ayahnya, saudara laki – laki atau tetangganya yang sering dijumpainya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh, resa senang atau tak senang, sikap orang tua terhadap agama dan polotik, tetapi juga ekspresi orang lain terhadap sesuatu antara lain menirukan orang marah, menangis, sedih, dan gembira. Tiruan tersebut sering kali terjadi apabila terdapat hubungan yang baik dan akrab terhadap orang tersebut. Namun apabila hubungan antara anak dengan orang yang dimaksud kurang baik atau kurang harmonis, sering kali anak berbuat sebaliknya.
2)   Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalan kehidupan orang tersebut. Suatu nilai, norma atau sikap semacam itu selalu dianggap benar. Begitu nilai, norma, atau sikap tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar dirubah dan menetap dalam waktu yang cukup lama. Missal seorang anak menilai bahwa memakai kerudung itu baik dan benar maka anak akan melakukan terus sekalipun kadang – kadang mendapat cemooh dari orang lain. Penanaman nilai semacam ini dimulai sedini mungkin sehingga sejak kecil telah terbiasa membedakan sesuatu yang baik dan kurang baik.dalam internalisasi tersebut, factor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan pada diri individu atau anak tersebut terhadap pandangan atau nilai tertentu dari orang lain, orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan sehari – hari.
3)   Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap, atau keputusan – keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalaman sendiri. Orang – orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul bahkan seakan – akan tidak memerlukan bantuan orang lain karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.
Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan – keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang – orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert biasanya mudah bergaul, ramah, aktif, banyak berinisiatif serta banyak temannya.
4)   Kemandirian
Kemandirian pada anak yang dimaksud adalah kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Misalnya waktu ke sekolah tanpa diantar, dapat memasang tali sepatu, mandi, makan, dapat membereskan barang – barang mainannya sesuai dengan keinginannya dan ketentuan yang berlaku. Pada umumnya kemandirian tidak hanya dikaitkan dengan tindakan yang bersifat fisik akan tetapi juga bertalian dengan sifat psikologis. Missal anak telah mampu mengambil keputusan berdasarkan daya fikirnya sendiri dan bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusan tersebut.
Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan pada anak rasa percaya diri ini selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari orang dewasa.
5)   Ketergantungan
Anak – anak usia 6 – 12 tahun karena kebutuhan hidupnya sangat tergantung kepada orang tua atau orang dewasa lain, terutama yang masih ada hubungan keluarga, misalnya kakak kandung, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengannya.


B.  Tugas – Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah Kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu.
Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Beberapa tugas perkembangan yang dilakukan oleh individu muncul sebagai akibat dari kematangan fisik, misalnya berjalan, melompat, lari, dan sebagian lain berkembang dari adanya tekanan-tekanan dari budaya dan masyarakat, seperti belajar membaca, dan sebagian lainnya karena adanya nilai-nilai dan aspirasi individu, seperti memilih dan mempersiapkan pekerjaan. Namun, pada umumnya kemunculan tugas-tugas perkembangan itu disebabkan oleh adanya ketiga kekuatan tersebut secara serempak.
Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :
1.        Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2.        Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi
3.        Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4.        Tuntutan norma agama
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa anak usia sekolah dasar (6 – 13 tahun) adalah :
1.        Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2.        Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
3.        Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4.        Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5.        Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6.        Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
7.        Mengembangkan kata hati.
8.        Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9.        Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.

Dari pembagian fase masa pada masa sekolah di atas maka (Nasution,
1995: 45) memperinci beberapa sifat khas anak pada masing-masing fase sebagai
berikut:
1.       Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar
a.       Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b.      Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c.       Ada kecenderungan memilih sendiri
d.      Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e.       Kalau tidak dapat menyelesiakan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f.       Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 sampai 8,0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak
2.      Masa Kelas Kelas Tinggi Sekolah Dasar
Bebarapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:
  1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan danya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
  2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
  3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
  4. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang - orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginnannya; setelah kira umur 11,0 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
  5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagi ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah
  6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisonal; mereka membuat peraturan sendiri.
  DAFTAR PUSTAKA 
Akhmadsudrajat. 2008. Perkembangan Individu. Terseedia dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ Diunduh 18 september 2010.
 Hanif. 2010. Tugas – tugas Perkembangan. Tersedia dalam http://hanifpresidenku.blogspot.com/2010/06/tugas-tugas-perkembangan.html diunduh 18 september 2010
 Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
 Mar’at, samsunuwiyati. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
MG. 2010. Perkembangan anak usia sekolah dasar. Tersedia dalam http://em-ge.blogspot.com/2010/04/perkembangan-anak-usia-sekolah-dasar.html. diunduh 22 september 2010
Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html diunduh 18 september 2010.