A. Pengertian Evaluasi
1. Asal kata
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran,
2. Istilah
Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
3. Dari aspek pelaksanaan
Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan
data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat
keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya
menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.
Secara rinci dapat disampaikan :
a.
Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kababilitas siswa,
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.
b.
Dalam rangka pengembangan sistem
instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh
program telah telah berjalan seperti yang telah direncanakan.
c.
Evaluasi sebagai suatu alat untuk
menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu
telah berada dijalan yang diharapkan.
d.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang
direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari kegiatan
program/pendidikan.
e.
Evaluasi merupakan proses yang
sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai menentukan keputusan,
dimana prosesnya diawali dengan menentukan sasaran (objek) yang akan dievaluasi,
menentukan instrumen (alat ukur), cara mengukur, mencatat data, menganalisis,
menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
4. Menurut Beberapa Ahli
a.
Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan.
b.
Menurut Worthen dan Sanders (1979 : 1)
evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga
tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta
alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam
kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang.
Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah
yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
c.
Menurut stufflebeam dalam worthen dan
sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process
of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision
alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam
evaluasi yaitu : adanya sebuah proses (process)
perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif
keputusan (decision alternatives).
5. Kesimpulan
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan
data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
B. Tujuan Evaluasi
Menurut
Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Implementasi
program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut
telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan
dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru
sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi
program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi
pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan,
memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
C. Tingkat Evaluasi
1.
Pra Evaluasi, ada hubungan dengan
pengarahan suatu proyek. Misalnya, perlu ada manajemen yang baik agar
proyek/program dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana.
2.
Evaluasi Antara, adalah evaluasi pada
pertengahan implementasi, yaitu evaluasi ketika program atau proyek sedang
mengatasi masalah. Hasil ini dapat dipakai untuk memodifikasi perencanaan atau
strategi program/proyek. Misal, merubah sifat input, memodifikasi model
intervensi dan menggeser penekanan atau kelompok target.
3.
Evaluasi Akhir, adalah evaluasi ketika
pembiayaan proyek tersebut berakhir. Evaluasi ini memberikan persepsi manfaat
program dan dampak terhadap kegiatan. Rekomendasi ini adalah untuk memperbaiki
perencanaan selanjutnya dan memiliki hubungan dengan kebijakan.
D. Hakikat Evaluasi Program
Menurut
John L Herman dalam Tayibnapis (1989 : 6) program adalah segala sesuatu yang
anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Dari
pengertian ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang
darinya diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.
Menurut
Suharsimi Arikunto (2004 : 2) program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu
secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana
atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari.
Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan
evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan
ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang.
Menilik
pengertian secara khusus ini, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya biasanya
panjang. Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan
melainkan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait
satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk
melaksanakannya
Menurut
Isaac dan Michael (1984 : 6) sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal
ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan
fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut mereka, ada tiga
tahap rangkaian evaluasi program yaitu : (1) menyatakan pertanyaan serta
menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang
relevan dengan penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak
pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program
tersebut.
Berdasarkan
pengertian diatas, maka evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Kirkpatrick
dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program
dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas
masing-masing komponennya melalui rangkain informasi yang diperoleh evaluator
(Kirkpatrick 1996 : 3). Tetapi, pengambil keputusan itu sendiri bukanlah
evaluator melainkan pihak lain yang lebih berwenang. Evaluator hanya
menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengambil kebijakan
(decision maker).
E. Model-Model Evaluasi
Menurut
Stephen Isaac dan Willian B. Michael ( 1984 : 7) model-model evaluasi dapat
dikelompokan menjadi enam yaitu :
1.
Goal Oriented Evaluation
Dalam
model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan pantauan terhadap
tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai
kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan
yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini
adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih
jauh tentang adanya kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen
yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.
2.
Decision Oriented Evaluation
Dalam
model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi
yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang
berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam
merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu
model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4
komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan
dari Context, Input, Process dan Product.
a.
Evaluasi konteks (context evaluation)
merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan
(rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James R Sanders :
1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini
adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta
tujuan (goal).
b.
Evaluasi input (input evaluation)
merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan
bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program.
c.
Evaluasi proses (process evaluation)
diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah
dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka
dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi
orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut.
d.
Evaluasi Produk (product evaluation)
merupakan bagian terakhir dari model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan
menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk
menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali
atau bahkan akan dihentikan
3.
Transactional Evaluation
Dalam
model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan
tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
4.
Evaluation Research
Sebagaimana
disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan
dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait dengan strategi
instruksional.
5.
Goal Free Evaluation
Model
yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model
justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal
oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses
pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang
terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang
negatif.
6.
Adversary Evaluation
Model
ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam
prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
a.
Mengungkapkan rentangan isu yang luas
dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program
untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
b.
Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
c.
Membentuk dua tim evaluasi yang
berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d.
Melakukan sebuah dengar pendapat yang
formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti
sebelum mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Lababa, Djunaidi. 2008. Evaluasi Program Sebuah Pengantar. Tersedia dalam http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html diunduh pada 10 Maret 2011.
S, Wakhinuddin. 2009. Definisi Evaluasi. Tersedia dalam http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi/ diunduh pada 10 Maret 2011
Kurniasih, Rika Dwi.__. Evaluasi. Tersedia dalam http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:P8JGemQ1QVQJ:images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SUdfiwoKCF8AADuyo-81/Rika%2520Eva.doc?nmid%3D148657139+pengertian+evaluasi&hl=id&gl=id diunduh pada 10 maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar