A. DEFINISI MASALAH
Banyak
ahli mengemukakan pengertian dari masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidak sesuaian antara harapan dan kenyatan, ada yang melihatnya sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartiakannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri
sendiri dan atau orang lain, dan ingin atau perlu dihilangkan.
Kriteria
masalah menurut pandangan anak
1.
Masalah terjadi karena belum bisa
memahami diri sendiri antara potensi dan harapan.
2.
Masalah terjadi karena tidak dapat
mengatasi sendiri
3.
Membutuhkan bantuan orang lain.
B. PERMASALAHAN ANAK SD
1.
Permasalahan Fisik Anak Usia SD
Terdapat
beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan kesehatan dan
kebugaran anak sekolah dasar, yaitu :
a.
Obesity
Kegemukan
yang terjadi pada usia 6 – 11 tahun merupakan isu utama yang terjadi pada usia
sekolah dasar. Penyebab kegemukan tersebut disebabkan karena kelebihan berat
badan sebagai akibat dari kurangnya berolahraga dan terlalu banyak makan.
Tetapi masalah ini dapat diantisipasi oleh orang tua dengan cara diubah cara
makannya, latihan olahraga secara teratur. Obesitas ini mengakibatkan gangguan
pada kesehatan seperti jantung dan sesak nafas, kurangnya percaya diri dan
berkurangnya kelincahan.
b.
Kondisi medis
Pada
umumnya semua anak sering mendapat sakit, namun penyakit tersebut berlangsung
singkat. Dalam masa sekolah selama 6 tahun dapat disimpulkan pada umumnya anak
– anak mendapat sakit yang akut dalam waktu singkat dengan berbagai kondisi
medis, biasanya kena virus atau flu, dan migrant (sakit kepala).
c.
Penglihatan
Pada
anak usia sekolah, penglihatan lebih tajam daripada waktu – waktu sebelumnya.
Anak yang berusia di bawah 6 tahun cenderung memiliki penglihatan jarak jauh,
sebab mata mereka belum matang (matured) dan dibentuk secara berbeda daripada
orang dewasa. Namun setelah usia tersebut, maka mereka bukan hanya lebih
matang, tetapi juga dapat menfokuskan penglihatan lebih baik.
d.
Kesehatan gigi
Pada
usia 6 tahun anak mengalami tanggal giginya yang pertama kali, yang selanjutnya
diganti dengan gigi yang tetap setiap tahun sebanyak empat gigi untuk tahun
kelima berikutnya.
e.
Kebugaran anak
Latihan
fisik sangat dibutuhkan bagi anak – anak untuk kebugaran tubuhnya. Latihan anak
serta dapat menjaga bentuk jasmaninya.
f.
Gangguan pendengaran
Gangguan
pendengaran dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya; bawaan dari lahir,
kecelakaan, akibat dari penyakit yang diderita dll.
g.
Kidal
kidal
merupaka gangguan fisik berupa kelainan yang terjadi pada bagian ogan tubuh
tertentu dalam pemfungsian organ tubuh yang tidak wajar semisal menulis dengan
tangan kiri. Ada beberapa penyebab dari kidal ini, antara lain factor bawahan
dari lahir dan factor pembisaan yang salah. Akibat dari kidal ini adalah merasa
kurang percaya diri karena diangap tidak wajar.
h.
Kekurangan berat badan atau Gizi
Sama
halnya dengan obesitas, kekurangan berat badan ataupun gizi ini juga
menyebabkan gangguan fisik pada anak. Penyebab dari kurangnya berat badan bisa
terjadi karena kekurangan asupan makana yang dibutuhkan anak pada saat
perkembangan dan factor keturunan. Akibat dari kekurangan berat badan ini
adalah merasa kurang percaya diri, mudah terserang penyakit.
2.
Permasalahan Psikis Anak Usia SD
a.
Permasalahan belajar anak
Beberapa
jenis masalah belajar yang dihadapi anak SD antara lain :
1)
Keterlambatan Akademik
Keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi
yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkan secara optimal.
2)
Sangat Lambat Belajar
Keadaan
murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai.
3)
Penguasaan Materi yang lebih rendah dari
yang dipersyaratkan.
4)
Off task behavior, merupakan bentuk
perilaku yang muncul selama mengikuti proses pembelajaran tetapi tidak
mendukung kegiatan belajar. Bentuknya adalah tidak semangat mengerjakan tugas
di kelas, bicara sendiri selama mngikuti pelajaran, melanggar tata tertib
sekolah, melamu ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.
5)
Tidak ada motivasi.
6)
Defensive pessismism dilakukan gua melindungi
citra diri dan harga diri, tetapi defensive pessismism dilakukan dengan
mengembangkan standar yang rendah dalam tujuan yang hendak dicapai. Melalui
pengembangan standar yang rendah, individu berharap ketika mengalami kegagalan
tetap dapat diterima dan dimaklumi oleh lingkungan atas kegagalannya tersebut.
Disamping tetap menjaga citra diri dihadapan oranglain bahwa kegagalan bukan
dikarenakan ketidakmampuannya untuk belajar melainkan karena ia sendiri
mengembangkan standar yang rendah terhadap prestasi yang hendak dicapainya.
7)
Tidak menguasai ketrampilan belajar
(lack of learning skills). Seorang siswa idealnya memiliki kemampuan dan
ketranpilan yang memadai untuk melakukan proses belajarnya. Ketrampilan yang
dimaksud meliputi ketrampilan mengembangkan motivasi, mengelola kegiatan
belajarnya, ketrampilan membaca, ketrampilan menulis, ketrampilan menghafal,
mengorganisasikan pengetahuan, kemampuan metakognitif, ketrampilan
mengelaborasi pengetahuan, dan ketrampilan memanfaatkan sumber daya lingkungan untuk
kepentingan belajarnya.
8)
Gangguan ketrampilan motorik dikenal
pula dengan sebutan ganguan koordinasi perkembangan. Anak yang menderita
gangguan motorik mengalami gangguan yang parah dalam perkembangan koordinasi
motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental ataupun gangguan fisik yan
lain. Anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengikat tali sepatunya dan
mengancing baju. Pada usia yang lebih besar mereka kesulitan untuk membuat
suatu bangun, bermain bola, menggambar, dan menulis. Diagnose gangguan
ketrampilan motorik ini ditegakkan apabila gangguan tersebut mengahmbat
prestasi akademik dan berbagai aktivitas sehari – hari.
9)
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Tentunya
disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang
jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam
waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk
dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam
menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan
motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk
mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika
salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu
pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan.
10) Discalculia.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah
pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh
dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan
menghitungnya.
b.
Masalah emosional
1)
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka
menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.
Misalnya, berkelahi, berbohong, mencuri, dan merusak. Bentuk – bentuk tindakan
tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu.
Sekalipun demikian pada umumnya anak – anak berusaha merubahnya dan menutupi
perilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang
lain. Misal menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena
perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun
sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan
tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat cerita yang muluk – muluk
agar orang lain percaya kepadanya, dapat pula mereka lakukan berbuat bohong
tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya.
2)
Attention-Devicite Hyperactivity Disorder (Hiperaktif)
Menurut
Santrock, hiperaktif mempunyai cirri kelainan berupa suatu rentang perhatian
yang pendek, perhatian mudah beralih, dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi.
Singkatnya, anak – anak ini tidak menaruh perhatian dan memiliki kesulitan
memusatkan perhatian pada apa yang sedang dilakukannya.
Faktor
penyebab dari hiperaktif meliputi
a)
Faktor keturunan
Faktor
keturunan pada tempramen perlu diperhatikan, dengan tingkat aktifitas sebagai
suatu aspek tempramen yang membedakan seorang anak dari anak lain dari
perkembangan diri.
b)
Faktor kerusakan janin prakelahiran
Bahaya
prakelahiran dapat juga menyebabkan perilaku hiperaktif, semisal minuman
alcohol yang dikonsumsi secara berlebihan oleh perempuan selama hamil berkaitan
dengan lemahnya perhatian dan pemusatan perhatian anak mereka pada usia 4 tahun
c)
Faktor makanan
Berkaitan
dengan makanan, defisiensi vitamin dapat juga menyebabkan masalah – masalah
pemusatan perhatian anak hiperaktif. Kekurangan vitamin B adalah faktor khusus.
Konsumsi kafeein dan gula dapat juga menyebabkan sianak kurang dapat memusatkan
perhatian.
3)
Permasalahan Stress Pada Anak
Stres adalah
respon individu terhadap keadaan – keadaan dan peristiwa – peristiwa, yang
disebut stressor yang mengancam dan mengurangi kemampuan mereka dalam menhadapi
stress – stress tersebut.
Faktor – faktor
kognitif didalam stress, menurut Lazarus
(dalam santrock 302) yakin bahwa stress anak – anak bergantung pada bagaimana
mereka secara kognitif menilai dan menginterpretasikan peristiwa – peristiwa.
Penilaian kognitif adalah istilah yang digunakan Lazarus untuk menjelaskan
interpretasi individu atas peristiwa – peristiwa didalam hidup mereka sebagai
sesuatu yang membahayakan, mengancam atau menentang (penilaian primer) dan
faktor – faktor yang menentukan apakah mereka memiliki sarana dan kemampuan
untuk dapat secara efektif menghadapai peristiwa itu (penilaian sekunder).
Salah satu
penyebab dari stress yaitu peristiwa – peristiwa yang dialami dalam kehidupan
seperti perceraian, kematian orang tua, percekcokan sehari – hari dan hidup
dalam kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan stress yang luar biasa pada anak – anak
dan keluarganya. kemiskinan berkaitan dengan peristiwa – peristiwa yang
berbahaya dan tidak terkendalikan dalam kehidupan anak – anak. misalnya, anak
miskin lebih banyak mengalami kejahatan dan kekerasan dibandingkan anak kelas
menengah.
Pengaruh sosial
budaya yang dapat menyebabkan stress pada anak adalah akulturasi. akulturasi
mengacu pada perubahan kebudayaan yang berasal dari kontak langsung yang terus
menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. stress akulturatif mengacu
pada akibat akibat negative dari akulturasi.
Salah satu
perisai pelindung yang pentingf bagi anak – anak untuk melawan stress adalah
adanya suatu relasi dasar, yang saling percaya dan bersifat jangka panjang
dengan sekurang – kurangnya satu orang dewasa. jaringan dukungan keluarga yang
sudah ada juga penting.
c.
Permasalahan Sosial Anak
Perkembangan
social merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social. dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma
kelompok dan tradisi. Anak dilahirkan belum bersifat social dalam arti dia
belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan social anak harus belajar tentang cara – cara menyesuaikan diri
dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan
atau pengalaman bergaul dengan orang – orang dilingkungannya, baik orang tua,
saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Apabila perkembangan social
tidak teralaksana secara baik maka akan mengakibatkan permasalahan social yang
dihadapi oleh anak.
Macam – macam
permasalahan social yang dihadapai anak usia dasar
1)
Pembangkangan
yaitu suatu
bentuk tingkah laku melawan. tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penereapan disiplin atau tuntuan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan anak.
2)
Agresi
yaitu perilaku
menyerang balik secara fisik (non verbal) maupun kata – kata (verbal). agresi
ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena
tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini
mewujud dalam perilaku menyerang seperti memukul, mencubuit, menendang, dan
mencaci maki.
3)
Bertengkar
Bertengkar atau
berselisih terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh
sikap dan perilaku anak lain.
4)
Persaingan
Yaitu keinginan
untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman. 1991. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: DEPDIKBUD.
Furqon.
2005. Konsep Dan Aplikasi Bimbingan Konseling Untuk
Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Baniquraisy.
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Erlangga
Suntrock,
John W. 2002. Life-Span Development. Jakarta:
Erlangga
Yusuf,
Syamsu LN. 2009. Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dewi,Ismira. 2008. Memahami Bentuk Kesulitan Belajar (Learning Disabilities). http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Diunduh pada 2 Oktober 2010.
1 komentar:
semoga bermanfaat artikel nya bagi orang banyak ..
numpang post ya kak AGEN DOMINOQQ
Posting Komentar