BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan yang ada di sekolah. Kehadiranya sangat
membantu dalam kehidupan siswa karena tujuan utama bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk
mencapai perkembangannya secara optimal
(Prayitno, 2004:16).
Dalam perkembangannya, bimbingan dan konseling tidak
hanya dalam lingkup Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas
(SMA) namun pada dewasa ini bimbingan dan konseling sudah masuk dalam kurikulum
sekolah dasar (SD), sehingga ruang lingkup bimbingan dan konseling semakin
luas.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat
beberapa bidang bimbingan, salah satunya yaitu bimbingan bidang belajar. Bimbingan belajar merupakan upaya guru/konselor sekolah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajarnya.
Dalam pelaksanaannya bimbingan belajar biasanya terdapat beberapa prosedur atau
langkah – langkah yang harus ditempuh, yaitu:
1.
Identifikasi kasus
Identifikasi
kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga
mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan
kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler,
rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah
penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes,
seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk
dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa,
dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan
belajar yang dihadapi siswa.
e) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat
ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2.
Identifikasi Masalah
Langkah ini
merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat
berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural –
fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi
masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak
masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini
sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar
aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d)
ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran;
(g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan
keluarga; dan (j) waktu senggang.
3.
Diagnosis
Diagnosis
merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar
faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi
input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua
bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam
diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan,
bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b)
faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4.
Prognosis
Langkah ini
untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua
dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5.
Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis
dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau
guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau
guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
6.
Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun
yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment)
yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
masalah tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
“Pelaksanaan praktik pemberian layanan bimbingan belajar di Sekolah Dasar”
C. Tujuan
Tujuan yang
hendak di capai dengan melakukan kegiatan praktik
bimbingan belajar SD ini yaitu
1. Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan
praktek pemberian layanan bimbingan belajar disekolah dasar.
2. Untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Bimbingan
Belajar di SD.
3. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan bidang belajar
anak SD.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktik Bimbingan
belajar di SD ini adalah:
1.
Mahasiswa
dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan bimbingan di SD yang telah diperoleh
dalam perkuliahan.
2.
Menambah pengalaman
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan layanan bidang belajar SD dilapangan.
3.
Mahasiswa
dapat memberi informasi kepada siswa terutama dalam
bidang belajar.
4.
Sebagai bekal mahasiswa
guna kelak saat praktik maupun kerja dilapangan nantinya.
E. Waktu dan tempat
Kegiatan
pelaksanaan Praktik bimbingan belajar ini dilaksanakan dalam tiga kali layanan
yakni layanan pertama pada tanggal 22 November 2010, layanan kedua pada tanggal
24 Desember 2010, dan layanan ketiga pada tanggal 25 Desember 2010. Tempat
pelaksanaan praktik pemberian layanan bimbingan belajar di kelas IV MI Al Islam
Mangunsari 02.
F. Sasaran
Sasaran dari praktik
pemberian layanan bimbingan belajar ini adalah siswa/siswi kelas IV MI Al Islam
Mangunsari 02 tahun ajaran 2010/2011..
BAB
II
NEED
ASSESMENT
A.
Pengumpulan
Data
Menurut
Suharsimi Arikunto (2002: 151) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data
merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh data – data yang diinginkan
sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data
merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan menyebabkan kesimpulan
- kesimpulan yang ditarik akan salah pula Suharsimi Arikunto (2002: 152).
1. ITP & ATP
a) ITP
ITP (Inventori Tugas Perkembangan) adalah salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik.
Dengan alat ITP, pembimbing dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun
kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu
peserta didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Berdasarkan hasil pengukuran ini, dapat disusun
program bimbingan yang memungkinkan peserta didik berkembang secara wajar, utuh
dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
ITP mengukur tingkat perkembangan sebelas aspek,
yaitu: (1) landasan hidup religius, (2) landasaan perilaku etis, (3) kematangan
emosional, (4) kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab, (6) peran
sosial sebagai pria atau wanita, (7)
penerimaan diri dan pengembangannya, (8) kemandirian perilaku ekonomi, (9)
wawasan dan persiapan karir, (10) kematangan hubungan dengan teman sebaya,
dan (11) persiapan diri untuk pernikahan
dan hidup berkeluarga. Sedangkan ITP
untuk SD dan SLTP hanya mengukur 10 aspek, sebab aspek yang ke-11 belum sesuai.
ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan
pernyataan yang harus dipilih oleh
siswa. Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir
pernyataan yang mengukur satu sub aspek.
b) ATP
ATP (Analisis Tugas Perkembangan) merupakan program khusus
yaitu perangkat lunak yang khusus dibuat
untuk membantu mengolah ITP. Dengan ATP,
identifikasi perkembangan siswa dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan
menyenangkan.
B. Hasil
1.
Hasil
Pengolahan Data
-Terlampir
2.
Diskripsi
Hasil
Dari
hasil pengelolan data mentah yang diambil dari tahap pengumpulan data dapat di
diskripsikan sebagaimana berikut :
a.
ATP
Dari
data hasil ATP
diketahui bahwa dilihat dari
Analisis kelompok, permasalahan yang memiliki derajat terendah atau 8 butir
terendah yaitu
No
|
Aspek
|
Butir
|
TP
|
1
|
Wawasan dan persiapan karir
|
9-2
|
2.21
|
2
|
Peran sosial sebagai pria dan wanita
|
6-3
|
2.33
|
3
|
Landasan hidup religious
|
1-3
|
2.33
|
4
|
Kematangan emosional
|
3-4
|
2.33
|
5
|
Kematangan emosional
|
3-2
|
2.33
|
6
|
Wawasan dan persiapan karir
|
9-4
|
2.36
|
7
|
Peran sosial sebagai pria dan wanita
|
6-4
|
2.36
|
8
|
Kematangan hubungan dengan teman sebaya
|
10-4
|
2.42
|
Dari ke 8 butir terendah tersebut diambil 3 aspek yang menjadi aspek
berpotensi masalah yaitu yang pertama aspek wawasan dan persiapan pada butir
9-2 dan tingkat perkembangan 2.21. yang kedua aspek peran sosial sebagai pria
dan wanita pada butir 6-3 dan tingkat perkembangan 2.33. yang ketiga kematangan
emosional pada butir 3-4 dan tingkat perkembangan 2.33.
Alasan tidak memilih landasan hidup religious namun memilih aspek
dibawahnya yaitu kematangan emosional karena berdasarkan diskusi dengan guru
kelas 4 didapat informasi bahwa anak sebenarnya mengerti tentang hidup
religious namun karena dalam masa pertumbuhan maka guru mengajarkan tentang
hidup religious dengan perlahan tapi pasti sehingga anak benar – benar memaknai
arti hidup religious, dan yang menjadi pertimbangan lebih untuk memilih
kematangan emosional yaitu guru lebih menganggap bahwa praktikan lebih baik
memberikan informasi mengenai kematangan emosional karena anak membutuhkan
informasi yang membangun tentang kematangan emosional. Maka dari itu dipilihlah
aspek kematangan emosional yang diberikan layanan.
C.
Rekomendasi Layanan
Dari
hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui ITP beberapa program yang dapat diberikan
kepada siswa yaitu
sebagai berikut:
No
|
Materi
|
Aspek ITP yang mendasari
|
Layanan
dan alasan pengunaan
|
1.
|
Kiat – kiat belajar mengenali cita- cita
|
Wawasan dan persiapan karir butir 9 - 2 dan tingkat perkembangan 2.21
|
Layanan Informasi: karena siswa
diharapkan mampu mengenali cita – cita yang dimiliki, karena dengan anak memiliki
cita – cita maka anak akan termotivasi dalam belajarnya.
|
2
|
Peran dan tugas anak laki – laki dan perempuan dalam
kehidupan sehari – hari
|
Peran sosial sebagai pria dan wanita butir 6 - 3 dan tingkat
perkembangan 2.33.
|
Layanan Informasi : karena siswa diharapkan mengetahui seperti apa
peran laki – laki dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat.
|
3
|
Kiat – kiat pantang menyerah dalam mengahadapi
tantangan
|
Kematangan emosional butir 3 - 4 dan tingkat perkembangan 2.33.
|
Layanan Infornasi : karena anak diharapkan mampu
menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi suatu masalah
|
BAB
III
ISI
A.
Program
Bimbingan Konseling
Berdasarkan
hasil analisis ITP yang
telah praktikan lakukan dengan
menggunakan ATP dan dijabarkan kedalam bentuk
Rekomendasi Program, praktikan mencoba mengaplikasikan beberapa jenis layanan yang
memungkinkan untuk dilakukan dan diberikan kepada peserta didik dengan beberapa
pertimbangan: (1) Waktu dan Tempat (2) Peserta didik (3) Situasi dan Kondisi
pemberian layanan.
SATUAN
LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas Perkembangan 1
Mencapai
pemahaman dalam belajar mengenali cita – cita yang akan dicapai
Sekolah :
MI Al Islam Mangunsari 02
Kelas/Semester :
4/ganjil
Tahun : 2010/2011
A. Bahasan/
Topik/Permasalahan : Aspek - aspek belajar dalam mengenali cita - cita
B. Bidang Bimbingan : Belajar
C. Jenis Layanan : Informasi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman
E. Kompetensi yang ingin
Dicapai : Siswa mampu belajar mengenali cita – cita
yang akan dicapai
F. Uraian Kegiatan :
1. Strategi Penyajian : Ceramah,
tanya jawab dan diskusi
2. Materi : Kiat – kiat belajar mengenali cita- cita
G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
H Alokasi Waktu : 1
X 35 menit
I. Pihak yang Disertakan/
Peran : -
J. Alat dan Perlengkapan : Papan tulis, spidol
K. Rencana Penilaian : Laiseg
Rencana
Tindak Lanjut : Diberi Bimbingan Kelompok bagi yang
kesulitan
L. Catatan Khusus :
Semarang, November 2010
Guru Kelas Kepala Madrasah
NIP. NIP.
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas Perkembangan 2
Mencapai pemahaman belajar
mengenai peran dan tugas perkembangan laki – laki & perempuan
Sekolah :
MI Al Islam Mangunsari 02
Kelas/Semester :
4/ganjil
Tahun : 2010/2011
A. Bahasan/
Topik/Permasalahan : Peran dan tugas anak laki – laki dan perempuan dalam kehidupan
sehari – hari
B. Bidang Bimbingan : Belajar
C. Jenis Layanan : Informasi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman
E. Kompetensi yang ingin
Dicapai : Siswa mampu memahami peran dan tugas anak
laki – laki dan perempuan dalam kehidupan sehari – hari
F. Uraian Kegiatan
1. Strategi Penyajian : Ceramah,
tanya jawab dan diskusi
2. Materi : Tugas perkembangan akhir masa kanak – kanak
dan peranannya.
G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
H Alokasi Waktu : 1 X 35 menit
I. Pihak yang Disertakan/
Peran : -
J. Alat dan Perlengkapan : Papan
tulis, spidol
K. Rencana Penilaian : Laiseg
Rencana
Tindak Lanjut : Diberi Bimbingan Kelompok bagi yang
kesulitan
L. Catatan Khusus : -
Semarang, November 2010
Guru Kelas Kepala Madrasah
NIP. NIP.
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas Perkembangan 3
Mencapai pemahaman mengenai
pantang menyerah dalam menghadapi tantangan
Sekolah :
MI Al Islam Mangunsari 02
Kelas/Semester :
4/ganjil
Tahun : 2010/2011
A. Bahasan/
Topik/Permasalahan : Pantang menyerah dalam mengahadapi tantangan
B. Bidang Bimbingan : Belajar
C. Jenis Layanan : Informasi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman
E. Kompetensi yang ingin
Dicapai : Siswa mampu memahami sikap pantang menyerah
dalam mengahadapi tantangan
F. Uraian Kegiatan
1. Strategi Penyajian : Ceramah,
tanya jawab dan diskusi
G. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
H Alokasi Waktu : 1 X 35 menit
I. Pihak yang Disertakan/
Peran : -
J. Alat dan Perlengkapan : Papan
tulis, spidol
K. Rencana Penilaian : Laiseg
Rencana
Tindak Lanjut : Diberi Bimbingan Kelompok bagi yang
kesulitan
L. Catatan Khusus :
Semarang, November 2010
Guru Kelas Kepala Madrasah
NIP. NIP.
BAB
IV
IMPLEMENTASI
PROGRAM
A. Evaluasi Proses
Evaluasi
proses praktik secara keseluruhan dapat dibagi dalam tahap yaitu pengumpulan
data, pengolahan data dan indentifikasi kebutuhan, pemberian layanan, dan
pelaporan.
1.
Pengumpulan data
Pada
pengumpulan data seperti yang telah dijabarkan dalam bab II dilakukan dengan
menggunakan intrumen yaitu ITP
(Inventori Tugas Perkembangan).
Pada
pengumpulan data yang dilakukan dengan instrumen ITP tidak mengalami kendala yang berarti. Mulai dari
perijinan sangat hangat dalam penerimaannya, kemudian dalam masuk kelas dalam
menyebarkan ITP-nya cukup dapat dikondisikan, namun mengalami sedikit kendala
yaitu karena siswa/siswi kelas 4 belum terlalu lancar dalam menulis sehingga
membutuhkan waktu yang sedikit lama, sehingga menyita waktu dari guru kelas
guna mengajar pelajaran selanjutnya.
Pengumpulan
data dilakukan pada tanggal 11 November
2010 dalam 1 kali pertemuan dengan durasi 1 kali 35 menit, namun seperti yang telah dijelaskan diatas waktu
mengalami kelebihan waktu sehingga menyita waktu dari guru kelas.
Pada penyebaran instrument ITP
semua siswa mengisi instrument dengan jumlah 33siswa.
2.
Pengolahan dan
identifikasi
Pada
tahap pengolahan tidak terdapat banyak kendala, namun karena praktikan yang baru belajar menggunakan alat/software ATP
dan belum begitu bisa dalam menggunakannya sehingga dalam pengolahan datanya
memerlukan waktu yang agak lama namun dapat penyusun selesaikan dengan baik.
3.
Pemberian layanan
Dalam praktek pemberian layanan, praktikan memberikan tiga layanan.
a.
Layanan pertama
Layanan yang diberikan adalah layanan informasi dengan topik Aspek - aspek belajar dalam mengenali cita – cita, materi yang diberikan yaitu Kiat – kiat mengenali
cita – cita.
Pelaksanaan layanan yaitu pada tanggal 22 November 2010, dalam pemberian
layanan ini, siswa kurang
sedikit tenang dalam mengikuti pemberian layanan, namun praktikan mencoba
mengkondisikan siswa supaya tenang dan memperhatikan apa yang praktikan
sampaikan, untuk mengkondisikan tersebut praktikan juga memberikan tebak –
tebakkan, dan anak menjadi tertarik, sehingga kondisi atau suasana yang
diharapkan dapat tercipta walaupun dalam masih ada beberapa anak yang mondar
mandir – namun tidak begitu mengganggu proses kegiatan pemberian layanan
tersebut.
b.
Layanan Kedua
Layanan kedua yang diberikan adalah layanan informasi dengan topik Peran
dan tugas anak laki – laki dan perempuan dalam kehidupan sehari – hari. materi yang diberikan yaitu peran dan tugas laki – laki dan perempuan.
Pelaksanaan layanan yaitu pada tanggal 24 November 2010, dalam pemberian layanan kedua ini, siswa
masih sama seperti pada pemberian layanan ketiga, namun karena sudah pernah
bertemu dalam pemberian layanan yang pertama, siswa sudah mulai akrab sehingga
sudah tidak malu – malu dalam bertanya tentang hal yang tidak dipahami. Dan
sebelumnya praktikan menegaskan kepada siswa supaya selama diberi layanan tidak
mondar mandir dikelas dan siswa pun dapat menurut sehingga pemberian layanan
dapat berjalan lancar.
c.
Layanan ketiga
Layanan ketiga yang diberikan adalah layanan informasi dengan topic pantang menyerah dalam mengahadapi tantangan, materi yang diberikan yaitu Kiat – kiat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan
Pelaksanaan layanan yaitu pada tanggal 25 November 2010, dalam pemberian
layanan kedua ini, siswa tidak jauh berbeda dengan pemberian layanan
sebelumnya, masih sedikit ramai, namun dapat dikondisikan seperti pada
pemberian layanan pertama dan kedua.
Tiga layanan yang diberikan seluruhnya berupa layanan informasi. Dalam
pemberian layanan ini, ketiga layanan tersebut berjalan dengan lancar tanpa ada
kendala yang berarti. Namun kurang begitu menarik, hal ini dikarenakan alat dan
perlengkapan yang digunakan hanya menggunakan papan tulis, seharusnya lebih
menarik lagi apabila dapat menggunakan media LCD karena dapat lebih menarik
perhatian lagi bagi siswa/siswi yang ikut dalam pemberian layanan.
Keseluruhan dari ke tiga layanan yang diberikan, dari kondisi kelas
sendiri, berhubung kelas yang diberikan layanan kelas 4, sering terjadi ramai
sendiri namun demikian praktikan mampu mengarahkan kembali supaya fokus pada
materi yang diberikan.
4.
Pelaporan
Pada
tahap pelaporan tidak tedapat kendala yang terlalu besar hanya seputar waktu
dan media akan tetapi hal tersebut dapat diselesaikan.
B. Evaluasi Hasil
Evalusi
hasil layanan dilakukan melalui laiseg kepada siswa. Dalam laiseg praktikan dengan
menanyakan langsung kepada siswa tentang perasaan mereka setelah mengikuti
kegiatan. Beberapa point yang menjadi penilain
antara lain tentang pemahaman, perasaan, hal yang akan dilakukan kedepan (action) tanggapan tentang pemberian layanan.
Berdasarkan
laiseg yang dilakukan bisa diakatakan sebagian
besar dari siswa dalam kelas memahami akan materi layanan
yang diberikan.
Siswa
merasa senang saat diberi layanan karena anak merasa berbeda cara mengajarnya
dan anak cenderung merasa asik karena dapat mengerti lebih jauh mengenai cita –
cita (pemberian layanan pertama), peran laki – laki dan perempan (pemberian
layanan kedua), dan tidak mudah putus asa ketika mengalami kegagalan (pemberian
layanan ketiga).
Dalam
pelaksanaannya dapat dikatakan kurang menarik karena beberapa fasilitas yang
seharusnya diperlukan, dalam pelaksanaannya tidak dapat menggunakan fasilitas
seperti LCD hal tersebut dikarenakan tidak adanya fasilitas dari sekolah untuk
menggunakan LCD jadi dalam pemberian layanan hanya secara manual, namun cukup
baik respon dari siswa kelas 4 tersebut sehingga ketiga proses pemberian
layanan dapat berjalan dengan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari
hasil praktik bimbingan belajar di SD yang
dilakukan masalah belajar anak SD
masih menjadi suatu masalah dalam kehidupan
siswa sehingga perlu adanya penanganan
dan pengembangan yang lebih baik dari guru mata
pelajaran selaku guru yang dekat dengan siswa saat disekolah. Informasi tentang
hal luar akademik maupun non akademik sangat dibutuhkan oleh anak SD hal ini
dimaksudkan supaya berpengaruh positif dalam proses pembelajaran.
Dalam
memberikan layanan, mahasiswa
terjadi banyak kendala yang biasa muncul didalamnya baik itu dari pemberi
layanan, strategi layanan, penenerima layanan (siswa), atau sarana dan media
yang mendukung mulai dari tempat, parlengkapan dan sebagainya sehingga perlu
diperlukan perencanaan yang baik. Sehingga
apa yang diperoleh dalam masalah seperti ini hendak lebih
diperhatikan sehingga siswa dapat memperoleh
layanan yang memuaskan dan layanan
pun
dapat tersampaikan dengan optimal.
B. Saran
1.
Bagi wali kelas
hendaknya lebih sering melakukan pendekatan secara pribadi kepada siswa agar
dapat melakukan pencegahan timbulnya permasalahan dan mengatasinya dengan
tindakan yang efektif.
2.
Bagi Praktikan dengan praktik Bimbingan belajar di SD ini menjadi pengetahuan tambahan dan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di jurusan Bimbingan dan Konseling.
1 komentar:
untuk konseling individunya diambil dari tes instrumen tersebut bagaimana?
Posting Komentar